Jakarta ANTARA - Ketua Umum Perhimpunan Osteoporosis Indonesia PEROSI dr. Bagus Putu Putra Suryana, SpPD-KR mengatakan perubahan gaya hidup saat pandemi COVID-19 turut mempengaruhi risiko osteoporosis. "Pandemi ini, jelas dilaporkan bahwa kita mengalami keterbatasan aktivitas, lalu pola makan juga berubah, dan perhatian banyak fokus kepada pandemi. Itu menyebabkan risiko osteoporosis karena adanya perubahan tersebut," kata dr. Bagus dalam jumpa pers daring, dikutip pada Rabu. Saat disinggung mengenai apakah kurang aktif bergerak, terutama di masa pandemi di mana mobilitas dibatasi, menjadi faktor utama dalam kenaikan risiko tersebut, dr. Bagus mengatakan, memang penting bagi manusia terlepas dari usianya untuk aktif menggerakkan tubuh demi meminimalisir kemungkinan tersebut. "Mobilitas terhambat, tapi usahakan kita untuk bergerak di rumah atau di dalam ruangan. Olahraga teratur tidak hanya memperkuat tulang, mencegah kemungkinan osteoporosis, tapi juga memperbaiki keseimbangan tubuh," ujar dokter yang menamatkan pendidikannya di Universitas Brawijaya, Malang tersebut. Baca juga Kemenkes sebut pentingnya pencegahan osteoporosis dimulai sejak dini Lebih lanjut, dr. Bagus mengingatkan bahwa osteoporosis tidak hanya berisiko bagi mereka yang sudah lanjut usia. Penting bagi masyarakat terutama generasi muda untuk memahami bahwa osteoporosis dan penyakit tulang lainnya bisa dicegah sedari dini dengan gaya hidup sehat. "Osteoporosis bisa dicegah jika kita memulai gaya hidup sehat sejak dini. Mulai dari masa kanak-kanak, dimana kita harus mencapai massa tulang puncak yang tinggi. Kalau nutrisi tidak bagus, dan kita jarang bergerak, kebiasaan itu perlu diubah. Biasakan untuk hidup sehat dan asup diri dengan nutrisi yang baik," papar dia. dr. Bagus melanjutkan, semua orang memiliki takaran dan cara olahraga yang tepat dan teratur. "Rutin latihan fisik dengan intensitas sedang sampai berat selama 30-60 menit dalam 3-5 kali dalam seminggu, untuk mengurangi risiko osteoporosis terutama di bagian yang paling mudah keropos yaitu pergelangan tangan, pangkal paha, dan yang di tulang belakang bagian bawah," jelasnya. "Selain olahraga, osteoporosis dapat dicegah dengan mengonsumsi kalsium yang cukup yaitu mg per hari mg/hari untuk lansia, Vitamin D 600 IU, protein, kalium, kolagen dan mineral," ujarnya menambahkan.
anBagus T 70 2001 11 embimbing unawan, Sp msu, Sp.PD Arsana, Sp ER SPESIA AN UNIVE Dr. SAIFU 2016 dr. Putu Moda Arsana, SpPD-KEMD, FINASIM selaku Ketua Program Studi dan dr. Djoko Heri Hermanto, SpPD-KHOM, FINASIM selaku Sekretaris SpPD-KPTI, dr. B.P Putra Suryana, SpPD-KR, dr. C. 0% found this document useful 0 votes24 views49 pagesDescriptionDr. Bagus Putu p Suryana - US in Rherumatism_144. Bagus Putu p Suryana - Us in RherumatismOriginal TitleDr. Bagus Putu p Suryana - US in Rherumatism_144. Bagus Putu p Suryana - Us in RherumatismCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsPDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes24 views49 pagesDr. Bagus Putu P Suryana - US in Rherumatism - 144. Bagus Putu P Suryana - Us in RherumatismOriginal TitleDr. Bagus Putu p Suryana - US in Rherumatism_144. Bagus Putu p Suryana - Us in RherumatismDescriptionDr. Bagus Putu p Suryana - US in Rherumatism_144. Bagus Putu p Suryana - Us in RherumatismFull description You're Reading a Free Preview Pages 8 to 13 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 17 to 20 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 24 to 45 are not shown in this preview. TRANSFORMASISENI LUKIS WAYANG KAMASAN PADA ERA POSTMODERN DI KLUNGKUNG BALI Disertasi untuk memperoleh Gelar Doktor pada Program Doktor, Program Studi Kajian Budaya, penderita osteoporosis jauh lebih banyak dari diabetesJakarta ANTARA - Ketua Umum Perhimpunan Osteoporosis Indonesia Perosi dr. Bagus Putu Putra Suryana, SpPD-KR mengatakan masa pandemi COVID-19 berpengaruh pada meningkatnya jumlah penderita osteoporosis atau keropos tulang. "Penderita patah tulang dan osteoporosis meningkat setelah pandemi dua tahun ini," kata dr. Bagus Putu Putra Suryana dalam seminar virtual bertajuk "Ayo Tingkatkan Kesehatan Tulang, Cegah Osteoporosis" di Jakarta, Kamis. Hal tersebut karena selama pandemi, mobilitas orang cenderung berkurang, makan tidak terkontrol, dan kurang menjaga kesehatan tulang. "Hati-hati selama COVID-19 ini, mobilitas kita kurang, makanan kita tidak terkontrol dengan baik, perhatian kita cemas terhadap COVID-19 saja, lupa kalau ada osteoporosis," katanya. Baca juga Dokter sebut anak-anak juga bisa alami osteoporosisBaca juga Perosi Osteoporosis lebih banyak terjadi dibanding penyakit lainnya Ia mengimbau masyarakat agar menjaga kesehatan tulang sejak dini dengan mengkonsumsi susu dan vitamin D. Makanan seperti tahu, tempe, kacang-kacangan, sayuran, buah-buahan dapat dikonsumsi sejak muda untuk memperkuat tulang. Selain itu mengkonsumsi susu dan berjemur di pagi hari juga penting bagi kesehatan tulang. Dengan menjaga tulang sejak usia muda, kata Bagus, pertumbuhan tulang diharapkan menjadi maksimal sehingga mencapai puncak massa tulang yang tinggi. Dengan demikian, individu tersebut memiliki 'tabungan' tulang ketika usianya tua. "Dia tidak mengalami penurunan massa tulang yang berat," katanya. Baca juga Osteoporosis juga ciptakan beban sosial Baca juga "Menabung tulang" sejak dini cegah osteoporosis Ia mengungkap, jumlah penderita osteoporosis lebih banyak dibandingkan dengan penyakit tidak menular lainnya. "Penderita osteoporosis jauh lebih banyak dari diabetes, jauh lebih banyak dari hipertensi, jauh lebih banyak dari penyakit kanker," kata dia. Ia menyebut 30 persen perempuan yang usianya di atas 50 tahun, mengalami osteoporosis, sedangkan 20 persen laki-laki dengan usia di atas 50 tahun menderita penyakit ini. Namun, orang sering tidak menyadari adanya osteoporosis karena penyakit ini tidak bergejala dan tidak menimbulkan nyeri sehingga penyakit ini disebut silent disease. Baca juga Gaya hidup aktif bisa cegah osteoporosis Pewarta Anita Permata DewiEditor Budhi Santoso COPYRIGHT © ANTARA 2022 .